1. PENGERTIAN
Bahan Kimia Mudah Terbakar : Bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan.
2. JENIS DAN CONTOH
1) Zat Padat Mudah Terbakar
a) Belerang / Sulfur (S)
b) Fosfor Kuning (P4)
c) Hidrida Logam
d) Logam dalam keadaan murni (aluminium, Magnesium, Zink/Seng)
Seng |
Aluminium |
Magnesium |
e) Bila kontak dengan air (Kalium, Natrium)
2) Zat Cair Mudah Terbakar
a) Eter (R—O—R‘)
b) Benzena (C6H6)
c) Aseton (CH3COCH3)
d) Spiritus / metanol (CH3OH)
e) Ester (R-COOR’)
f) Karbon Disulfida (CS2)
g) Asetaldehid
h) Asam Asetat (CH3COOH)
i) Petroleum Eter
3) Gas Mudah Terbakar
a) Gas Alam
b) Asetilen (C2H2)
c) Hidrogen (H2)
d) Etilen Oksida
e) Metana (CH4)
f) Karbon monoksida (CO)
g) Butana (CH3CH2CH2CH3)
3. SIFAT FISIK
1) Padatan mudah terbakar
Pada temperatur dan tekanan standar (25oC dan 760 mmHg) menunjukkan titik nyala kurang dari 40oC (berdasarkan hasil pengujian "Seta Close Cup Flash Point“)
2) Cairan mudah terbakar
Titik nyala: 21-55oC pada tekanan 1 atm
3) Cairan sangat mudah terbakar
Titik nyala: <21oC , dan titik didih >20 oC pada tekanan 1 atm
4) Gas mudah terbakar
Titik didih: <20oC pada tekanan 1 atm
4. SIFAT KIMIA
1) Zat Padat Mudah Terbakar
a. Peka terhadap peledakan (akan meledak jika direaksikan dengan air).
b. Bahan reaktif termal yang tidak stabil dan dapat mengalami
dekomposisi sangat eksotermik (panas-berkembang) bahkan tanpa
partisipasi oksigen (udara).
c. Padatan yang siap terbakar, contohnya padatan yang menyebabkan
kebakaran melalui gesekan, misalnya korek api. Bahan piroforik, yaitu
bahan yang dapat terbakar tanpa sumber api luar selama lima menit
setelah melakukan kontak dengan air.
2) Zat Cair Mudah Terbakar
a. Mudah menguap atau volatik.
b. Uap cairan dapat terbakar (menimbulkan api) dalam kondisi normal.
c. Uap cairan lebih mudah menimbulkan api atau ledakan jika dibandingkan dengan cairannya.
d. Kecepatan penguapan bervariasi dari satu cairan ke cairan lainnya sebanding dengan naiknya suhu.
e. Uap dari cairan yang mudah terbakar tidak dapat dilihat sehingga
sulit untuk mendeteksinya kecuali digunakan indikator gas yang mudah
terbakar.
f. Sebagian besar uap lebih berat daripada udara sehingga cenderung ada di permukaan lantai.
g. Uap cairan yang mudah terbakar mudah berdifusi.
h. Bahan yang dapat terbakar sendiri, yaitu bahan yang dapat menunjukkan
pembakaran spontan atau pemanasan sendiri pada temperatur 200°C dalam
24 jam masa uji (disebut pembakaran spontan).
3) Gas Mudah Terbakar
a. Tidak berwarna.
b. Tidak berasa.
c. Tidak berbau. (TAPI ada gas yang memiliki bau yang mencolok, yaitu Asetilen.)
5. REAKSI KIMIA
Bereaksi dengan oksigen, disertai dengan produksi panas yang kadang disertai cahaya dalam bentuk pendar atau api, misalnya :
CH4 + 2O2 ---> CO2 + 2 H2O + panas
CH2S + 6F2 ---> CF4 + 2HF + SF6 + panas
2H2 + O2 ---> 2H2O + panas (digunakan dalam mesin roket)
s
6. SIMBOL BAHAYA
F+ = sangat mudah terbakar |
F = mudah terbakar |
7. KEGUNAAN
1) Zat Padat Mudah Terbakar
a. Belerang (sulfur) : untuk pembuatan kertas sulfit dan kertas lainnya,
untuk mensterilkan alat pengasap, dan untuk memutihkan buah kering.
b. Fosfor : digunakan pada ragaan tabung sinar katoda (CRT) dan lampu pendar.
c. Hidrida logam : untuk pereduksi, baik untuk pereduksi senyawa anorganik maupun senyawa organik.
d. Logam alumunium : sebagai peralatan dapur, bahan konstruksi bangunan
e. Logam magnesium : digunakan di fotografi, memproduksi grafit dalam cast iron, dan sebagai bahan tambahan conventional propellants.
f. Logam zinc (seng) : membentuk berbagai campuran logam dengan metal lain (contoh : kuningan, perak nikel, perunggu, perak Jerman, solder lunak dan solder aluminium).
g. Logam K (Kalium) : digunakan dalam sel foto listrik.
h. Logam Na (Natrium) : digunakan untuk memperbaiki struktur beberapa campuran logam, dan untuk memurnikan logam cair.
2) Zat Cair Mudah Terbakar
a. Eter : Sebagai pelarut dan obat bius (anestesi) pada operasi.
b. Benzena : sebagai pelarut dan sebagai bahan baku pembuatan senyawa-senyawa aromatik lainnya yang merupakan senyawa turunan benzena.
c. Aseton : sebagai pelarut, khususnya untuk zat-zat non polar dan kurang polar. Digunakan juga untuk membersihkan pewarna kuku (kuteks).
d. Spiritus / metanol : sebagai bahan pembuat bahan kimia lainnya (40% metanol diubah menjadi formaldehyde, lalu dijadikan produk seperti plastik, plywood, cat, dan tekstil) .
e. Ester : sebagai essens (penambah aroma) pada makanan.
f. Karbon disulfida : bahan baku atau bahan kimia yang dibutuhkan dalam pembuatan rayon, tekstil, selofan, karbon tetra klorida, aselerator, vulkanisasi karet, bahan aktif, fungisida, viskos, produksi cat mobil, serta bahan aditif dalam produksi ban mobil.
g. Asetaldehid : zat antara dalam produksi asam asetat, beberapa ester, dan zat-zat kimia lainnya.
h. Asam asetat : Pengatur keasaman pada industri makanan, digunakan dalam produksi polimer, bahan baku Vinil asetat, Selulosa asetat, Asetat Anhidrit, Ester Asetat, dan Garam Asetat.
i. Petroleum eter : digunakan sebagai pelarut dalam industri.
3) Gas Mudah Terbakar
a. Gas Alam : sebagai bahan bakar.
b. Asetilen : pemotongan besi, pengelasan dan juga untuk mempercepat matangnya buah-buahan.
c. Hidrogen : mengikat nitrogen dengan unsur lain dalam proses Haber (memproduksi amonia) dan untuk proses hidrogenasi lemak dan minyak, bahan bakar roket, memproduksi asam hidroklorida, mereduksi bijih-bijih besi dan sebagai gas pengisi balon.
d. Etilen Oksida : sebagai bahan pensteril.
e. Metana : sebagai bahan bakar.
f. Karbon monoksida : digunakan pada proses pemurnian nikel.
g. Butana : sebagai bahan bakar.
8. CARA MENGGUNAKAN
d. Logam alumunium : sebagai peralatan dapur, bahan konstruksi bangunan
e. Logam magnesium : digunakan di fotografi, memproduksi grafit dalam cast iron, dan sebagai bahan tambahan conventional propellants.
f. Logam zinc (seng) : membentuk berbagai campuran logam dengan metal lain (contoh : kuningan, perak nikel, perunggu, perak Jerman, solder lunak dan solder aluminium).
g. Logam K (Kalium) : digunakan dalam sel foto listrik.
h. Logam Na (Natrium) : digunakan untuk memperbaiki struktur beberapa campuran logam, dan untuk memurnikan logam cair.
2) Zat Cair Mudah Terbakar
a. Eter : Sebagai pelarut dan obat bius (anestesi) pada operasi.
b. Benzena : sebagai pelarut dan sebagai bahan baku pembuatan senyawa-senyawa aromatik lainnya yang merupakan senyawa turunan benzena.
c. Aseton : sebagai pelarut, khususnya untuk zat-zat non polar dan kurang polar. Digunakan juga untuk membersihkan pewarna kuku (kuteks).
d. Spiritus / metanol : sebagai bahan pembuat bahan kimia lainnya (40% metanol diubah menjadi formaldehyde, lalu dijadikan produk seperti plastik, plywood, cat, dan tekstil) .
e. Ester : sebagai essens (penambah aroma) pada makanan.
f. Karbon disulfida : bahan baku atau bahan kimia yang dibutuhkan dalam pembuatan rayon, tekstil, selofan, karbon tetra klorida, aselerator, vulkanisasi karet, bahan aktif, fungisida, viskos, produksi cat mobil, serta bahan aditif dalam produksi ban mobil.
g. Asetaldehid : zat antara dalam produksi asam asetat, beberapa ester, dan zat-zat kimia lainnya.
h. Asam asetat : Pengatur keasaman pada industri makanan, digunakan dalam produksi polimer, bahan baku Vinil asetat, Selulosa asetat, Asetat Anhidrit, Ester Asetat, dan Garam Asetat.
i. Petroleum eter : digunakan sebagai pelarut dalam industri.
3) Gas Mudah Terbakar
a. Gas Alam : sebagai bahan bakar.
b. Asetilen : pemotongan besi, pengelasan dan juga untuk mempercepat matangnya buah-buahan.
c. Hidrogen : mengikat nitrogen dengan unsur lain dalam proses Haber (memproduksi amonia) dan untuk proses hidrogenasi lemak dan minyak, bahan bakar roket, memproduksi asam hidroklorida, mereduksi bijih-bijih besi dan sebagai gas pengisi balon.
d. Etilen Oksida : sebagai bahan pensteril.
e. Metana : sebagai bahan bakar.
f. Karbon monoksida : digunakan pada proses pemurnian nikel.
g. Butana : sebagai bahan bakar.
8. CARA MENGGUNAKAN
1) Bahan tidak boleh dipanaskan langsung. Gunakan penangas uap atau penangas air.
2) Di laboratorium, sediakan dalam jumlah yang minimum. Pelarut yang tidak digunakan lagi dikembalikan ke botol pelarut.
3) Sediakan alat pemadam kebakaran. Bila terjadi kebakaran dengan api kecil gunakan kain basal atau pasir, tapi bila api besar gunakan alat pemadam.
4) Jangan membuang cairan yang mudah terbakar ke dalam bak cuci.
5) Pada saat memanaskan jangan mengisi gelas kimia dengan cairan mudah terbakar melebihi ½ kapasitasnya. Gunakan batu didih guna menghindarkan ledakan/letupan.
6) Botol penyimpanan bahan mudah terbakar jangan diisi sampai penuh, sediakan 1/8 isinya untuk udara. Gunakan botol yang tidak mudah terbakar dan jauhkan dan sumber perapian.
7) Kontrol semua bahan secara periodik.
8) Menggunakan pelindung diri.
9) Memasang detektor kebocoran gas.
10) Cairan yang mudah terbakar hanya boleh dikeluarkan dengan bantuan gas inert
9. CARA MENYIMPAN
1) Bahan padat mudah terbakar disimpan di tempat sejuk, dijauhkan dari sumber panas, bahan lembab dan air, bahan pengoksidasi atau asam.
2) Jangan menyimpan cairan mudah terbakar dekat dengan bahan pengoksidasi atau bahan korosif.
3) Tempat penyimpanan harus cukup sejuk, dengan tujuan mencegah nyala jika uapnya tercampur udara.
4) Daerah penyimpanan harus terletak jauh dari sumber panas dan terhindar dari bahaya kebakaran.
5) Bahan padat mudah terbakar disimpan di tempat sejuk, dijauhkan dari sumber panas, bahan lembab dan air, bahan pengoksidasi atau asam.
6) Jangan menyimpan cairan mudah terbakar dekat dengan bahan pengoksidasi atau bahan korosif.
7) Tempat penyimpanan harus cukup sejuk, dengan tujuan mencegah nyala jika uapnya tercampur udara.
8) Daerah penyimpanan harus terletak jauh dari sumber panas dan terhindar dari bahaya kebakaran.
9) Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas dengan sendirinya, atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panas.
10) Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dijangkau.
11) Menyingkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan.
12) Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodik.
13) Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok.
14) Fosfor kuning akan terbakar bila berhubungan dengan udara. Simpan dalam air dan kontrol selalu permukaan airnya karena permukaan air akan menurun akibat penguapan.
15) Logam K dan Na akan terbakar jika kontak dengan air, simpan didalam minyak paraffin.
10. EFEK
1. Kebakaran
2. Ledakan
3. Keracunan Gas
11. CARA MENGATASI
a) Menghilangkan bahan yang dapat terbakar.
b) Membuang panas.
c) Mencegah masuknya oksigen ke dalam bahan yang terbakar.
d) Jika apinya kecil, maka lakukan pemadaman dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
e) Mematikan sumber listrik.
f) Melokalisasi api agar tidak merembet.
g) Menghubungi PBK (Pertolongan Bahaya Kebakaran) jika api membesar.
h) Bersikap tenang dalam menangani kebakaran, dan jangan mengambil tidakan yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
i) Membawa korban keracunan gas ke tempat terbuka, dan segera dibawa ke rumah sakit.
j) Bila terjadi kebakaran logam Alumunium, Magnesium, dan Zink (seng) dalam keadaan murni, jangan gunakan pemadam berisi air tetapi gunakanlah serbuk pemadam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar