
Paris kota romantis? (Foto: BM)
Selain pedagang asongan, daerah disekitar Eiffel Tower juga agak kotor dengan sampah-sampah. Di musim panas sekitar Eiffel Tower dipenuhi dengan para turis dari seluruh dunia. Hanya pada waktu malam, 20.000 lampu Eiffel Tower akan berkedip (blinking) selama 5 menit pada setiap jam. Ketika inilah saya merasakan keindahan menara berusia lebih 120 tahun itu. Saya coba mencari fitur-fitur romantis kota Paris yang lain. Mungkin Eiffel Tower bukan tempatnya.
Saya naik Paris Metro Line 10 dan berhenti di stasiun Universitas Paris (Clunny-La Sorbonne) yang biasa orang panggil dengan nama La Sarbonne yang telah berdiri sejak 1257 dan antara yang tertua di Eropa. La Sorbonne inilah yang menjadi impian anak-anak Laskar Pelangi dalam buku karya Andrea Hirata. Meskipun tidak belajar di La Sorbonne, tetapi saya puas bisa melihatnya dari dekat. Saya dapat merasakan kenapa Andrea Hirata terlalu obses dengan La Sorbonne. Dari La Sorbonne saya berjalan kaki melalui jembatan yang merintangi Sungai Seine ke Notre Dame de Paris. Notre Dame juga tidak ‘romantis’ untuk saya. Bangunan tua itu tidak berbeda dengan gedung-gedung tua lain yang saya lihat di Praha, Budapest, Bucharest, Sofia dan Wina. Bahkan, gedung-gedung di Wina lebih cantik dan menarik dibandingkan Notre Dame.
Dari Notre Dame saya berjalan melalui deretan toko-toko souvenir menuju ke Musée du Louvre (Louvre Museum). Dihadapan museum ini terdapat sebuah piramida kaca yang siap dibangun pada tahun 1989. Sampai disana, saya lihat orang banyak antrian panjang untuk membeli tiket untuk masuk ke museum. Mungkin banyak yang mau melihat potret Monalisa yang dipamerkan di dalamnya. Museum Louvre juga menempatkan banyak koleksi dari dalam dan luar negeri. Saya tidak sanggup untuk antrian panjang hanya untuk melihat sekeping potret kaku didalamnya. Saya lebih rela melihat ‘Monalisa’ hidup yang banyak di sekitar air mancur di tepi piramida kaca dihadapan museum. Berbagai rupa ‘Monalisa’ dari seluruh dunia dapat diperhatikan dikawasan itu. Haha .. yang penting gratis.

Museum Louvre (Foto: BM)
Dari Arc de Triompe Etolie saya kembali ke Place de la Concorde dan kemudian membelok ke kanan melalui Avenue Winston Churchill menuju ke Les Invalides yang juga terletak Musee de LArmee yaitu sebuah museum militer Perancis. Disepanjang jalan ke Les Invalides ini saya menemukan Grand Palace, Petit Palace dan melintasi jembatan Pont Alexandre III. Keunikan Les Invalides adalah pada kubahnya yang berwarna emas dan dibawah kubah itulah terletak makam Napoleon Bonaparte seorang pahlawan ketika Revolusi Perancis pada 1804. Seharian berjalan dan terasa penat tapi saya masih tidak menemukan nilai romantis di kota Paris. Akhirnya saya ‘give up’ dan terus ke stasiun Metro Invalides untuk balik ke hotel. Saya akan mencoba mencari lagi esok …
Terhubung ke artikel berikutnya … Mouline Rouge, Montmarte dan Paris

An evening in Paris (Foto: BM)

Notre Dame (Foto: BM)

Menaiki bot di Sungai Seine (Foto: BM)

The Arc de Triompe Atollie (Foto: BM)

Menara Eiffel dari Les Invalides (Foto: BM)

Les Invalides (Foto: BM)

Toko tirai Madura juga ada di Paris (Foto: BM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar