Paris
: kota mode, kota seni, kota tujuan wisata dan juga merupakan salah
satu kota besar pusat perekonomian dunia yang mempunyai daya tarik tiada
hentinya. Sebagai kota metropolitan yang berpenduduk sekitar 10 juta
jiwa, Paris dan aglomerasinya biasa disebut dengan Ile-de-France menanggung beban perjalanan jutaan manusia setiap harinya.
Perjalanan penduduk kota Paris lebih banyak ditopang oleh sarana
angkutan umum massal yang handal dengan kapasitas besar dan berkecepatan
tinggi. Angkutan umum di Kota Paris di dominasi oleh metro dan RER.
Metro adalah sejenis kereta bawah tanah yang menghubungkan setiap sisi
kota Paris. Dengan jumlah line sebanyak 14 buah, metro merupakan sarana
angkutan umum yang dapat memfasilitasi pergerakan orang dipusat kota
Paris. Sarana angkutan umum massal yang lain adalah RER dengan jumlah 4
buah (RER A,B,C dan D), hampir serupa dengan metro namun mempunyai
fungsi memfasilitasi pergerakan penduduk antara daerah pinggiran dengan
pusat kota Paris. Seperti halnya kota-kota besar lainnya, selain
dilayani oleh metro dan RER, Paris juga menyediakan sarana angkutan umum
tramway dan bus kota dengan pelayanan yang nyaman dan tepat waktu.
Pelayanan setiap angkutan umum ini dimulai dari jam 5 pagi hingga
sekitar jam 1 malam. Namun tidak perlu khawatir bagi pengguna angkutan
umum dari jam 1 hingga jam 5 pagi, karena pada saat itu terdapat
pelayanan bus noctilien yang hanya beroperasi pada malam hari.
Sistem pentarifan semua moda angkutan umum di Paris adalah berdasarkan
sistem zona. Paris dan aglomerasinya dibagi menjadi 6 zona dimana untuk
perjalanan di zona 1 dan 2 mempunyai tarif dasar 1,60 euro atau sekitar
Rp. 22.000. Jika keluar dari zona 1 dan 2 maka tarifnya naik sesuai
dengan jumlah zona yang dilewati. Satu moda angkutan umum yang baru
diluncurkan sekitar akhir tahun 2007 adalah velib, sejenis sepeda
yang sejak kali pertama peluncurannya mencuri perhatian para penduduk
kota Paris dan saat ini menjadi salah satu moda angkutan favorit untuk
jarak dekat. Mengutip pernyataan dari Profesor Jean-Pierre Orfeuil dari
universitas Paris 12, sarana angkutan umum di kota Paris menjadi idola
selain dikarenakan nyaman dan tepat waktu, terdapat juga faktor lain
yang tidak kalah pentingnya yaitu tarifnya yang sangat terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat. Di kota Paris, pengeluaran per orang/bulan
untuk biaya angkutan umum hanya sebesar 3-4% dari total pendapatan per
bulan. Walaupun sudah termasuk sangat murah, pemerintah Perancis tetap
juga memberikan subsidi kepada pelajar yang berusia dibawah 26 tahun dan
golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan dibawah upah minimum
rata-rata/ bulan dimana upah minimum rata-rata/ bulan sebesar 1200 euro
atau sekitar Rp. 16.500.000,
Gambar : Salah satu tempat penyewaan velib di pusat Kota Paris
Penataan ruang
Dari
sisi tata ruang, pemerintah kota Paris mempunyai komitmen untuk menjaga
gedung dan bangunan berusia tua hingga saat ini. Jika kita
berjalan-jalan di pusat kota Paris, hampir seluruh gedung yang kita
temui adalah bangunan tua dengan renovasi yang secukupnya. Gedung-gedung
baru sebagai central bussines district diarahkan ke sebelah barat kota Paris diwilayah yang dikenal dengan nama La Defense.
Gedung – gedung pencakar langit dengan desain yang indah memberikan
warna baru dalam perkembangan kota Paris. Di saat hari kerja La Defense
sangat ramai dengan pekerja kantor namun di saat week end tempat ini
seperti kota mati tanpa aktivitas, hanya terlihat turis atau penduduk
lokal saja yang berkunjung untuk melihatnya.
Pembangunan
pusat perkantoran, perdagangan dan industri di daerah La Defense
dimulai sekitar tahun 1964 dengan desain gedung perkantoran generasi
pertama yang identik satu sama lain. Gedung perkantoran generasi kedua
di bangun sekitar tahun 1972 dengan desain arsitektur yang menampilkan
identitas masing-masing pemilik sehingga membedakannya dengan gedung
generasi pertama. Gedung generasi ketiga dibangun sekitar akhir tahun
70an dan sejak tahun inilah kantor-kantor kementerian pemerintah
Perancis pindah ke wilayah La Defense. Pembangunan dan komersialisasi
wilayah La Defense berada dibawah tanggung jawab perusahaan pemerintah
EPAD (Etablissement Public pour l’Amenagement de la region de La
Defense). Awal mula pembangunan wilayah La Defense adalah mempunyai
fungsi sebagai wilayah perkantoran dan perdagangan, namun lambat laun
EPAD sebagai pengelola La Defense juga melebarkan sayapnya dengan
membangun perumahan dan menjualnya sehingga menjadikan La Defense
sebagai wilayah terintegrasi antara pusat perkantoran dan perumahan.
Kesuksesan La Defense juga ditunjang oleh aksesibilitas yang sangat baik
oleh angkutan umum massal dan ketersediaan jalan tol. Hanya dengan
menggunakan 1 tiket metro, La defense dapat diakses dari segala penjuru
kota Paris. Saat ini di La Defense tersedia sekitar 2 juta m2
pusat perkantoran dan perdagangan. Perkembangan La Defense sudah teruji
saat terjadi krisis ekonomi sekitar tahun 70an dan akhir tahun 90an,
sekalipun disaat krisis banyak ditinggalkan oleh konsumennya tetapi
dengan kerja keras dan inovasi dari Pemerintah Perancis khususnya EPAD,
La Defense tetap menjadi salah satu pusat aktivitas ekonomi terbesar
tidak saja di Eropa tetapi juga dunia.
Konsep Paris baru
Arus
imigrasi yang tinggi ke Perancis terutama ke kota Paris yang berasal
dari negara-negara bekas jajahan seperti Tunisia, Aljazair, Senegal dan
negara dengan berbahasa Perancis lainnya menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah penduduk yang signifikan. Sebagai salah satu
barometer perekonomian di Eropa, sangat wajar jika kota Paris menjadi
incaran para imigran legal atau ilegal (di Perancis terkenal dengan
istilah sans papier/tanpa kertas) untuk mengadu nasib agar dapat
memperbaiki tingkat kehidupannya jika dibandingkan dengan bekerja di
negara asal mereka. Para imigran ini berasal dari semua jenjang atau
latar belakang pendidikan. Pelayanan publik khususnya transportasi akan
mencapai titik jenuh jika permintaan yang meningkat (misalkan
pertambahan penduduk) tidak diimbangi dengan penawaran transportasi
(penyediaan infrastruktur dan sarana transportasi). Didasarkan oleh
beberapa faktor tersebut, munculah ide dari sang presiden untuk
mempersiapkan kota Paris baru yang egalité bagi semua penduduk
dalam hal aksesibilitas transportasi dan kemudahan mendapatkan tempat
tinggal, konsep ini dikenal dengan sebutan Grand Paris. Inilah
warisan yang akan ditinggalkan oleh Nicolas Sarkozy kepada Perancis
khususnya kota Paris, seperti halnya presiden-presiden sebelumnya yang
selalu membangun museum atau perpustakaan agar nama mereka selalu
dikenang oleh rakyatnya, misalnya Museum Louvre yang dibangun pada masa
pemerintahan Francois Miterrand.
Semua
fasilitas publik dan kenyamanan yang dirasakan oleh penduduk kota Paris
tidak membuat seorang presiden Nicolas Sarkozy berhenti melakukan
terobosan untuk membuat kota Paris semakin layak huni. Mempertimbangkan
ketidakmampuan pemerintah daerah kota Paris dalam menghadapi
perkembangan aglomerasi paris yang cepat, maka presiden Nicholas Sarkozy
pada tahun 2007 mengeluarkan dokumen baru Schema Directeur de la Region Ile-de-France
(Dokumen tata ruang setingkat wilayah propinsi yang di dalamnya
terdapat kota Paris) sebagai cikal bakal dari pengembangan Grand Paris.
Meskipun mendapat banyak tentangan dari partai oposisi, Nicolas Sarkozy
tetap melanjutkan ide Grand Paris untuk tetap menjadikan Paris sebagai
salah satu kota terbaik di dunia.
Tindak
lanjut dari ide ini adalah dengan mempekerjakan 10 konsultan arsitektur
internasional yang bertugas untuk mengembangkan konsep Grand Paris
melaui perbaikan dan pembangunan prasarana dan sarana transportasi,
perumahan dan fasilitas publik lainnya. Kesepuluh konsultan
internasional tersebut adalah Richard Rogers, Yves Lion, Djamel Klouche,
Christian de Portzamparc, Antoine Grumbach, Jean Nouvel, Studio 08,
Roland Castro, Geipel-Andi dan MVRDV. Para konsultan ini bekerja di
bawah arahan dari 14 kementerian Perancis, perwakilan wilayah
Ile-de-France (tingkat provinsi), perwakilan dari kota Paris dan juga
perwakilan dari kota-kota yang termasuk dalam wilayah Ile-de-France.
Hasil pekerjaan semua konsultan dipamerkan kepada masyarakat dari
tanggal 30 April sampai dengan 22 Nopember 2009 di Cite de l’architecture et du patrimoine.
Untuk
memperlancar segala urusan administrasi terkait dengan konsep Grand
Paris, maka terdapat beberapa daerah yang digabungkan diantaranya
seperti Paris, Hauts-de-Seine, Val-de-Marne dan Seine Saint Denis dengan
batas waktu penggabungan pada tahun 2014. Selain penggabungan beberapa
daerah administratif, konsep Grand Paris ini akan menemui hambatan bila
tidak ada koordinasi dan kerjasama yang baik dibidang keamanan antar
daerah. Oleh karena itu selain penggabungan wilayah administrasi,
penyatuan beberapa kantor kepolisian dibawah satu komando prefet de police juga dilakukan oleh pemerintah Perancis.
Hampir
setiap presiden di Perancis meninggalkan karya-karya fenomenal untuk
negaranya sehingga selalu diingat oleh masyarakat Perancis setiap saat.
Dari mulai George Pompidou yang membangun centre de Beaubourg, Francois
Miterrand dengan museum du Louvre serta Jacques Chirac dengan warisannya
berupa musee des arts premier. Nicolas Sarkozy ingin mensejajarkan
dirinya dengan para pendahulunya dengan konsep Grand Paris, Paris baru
yang memberikan aksesibilitas transportasi yang sama kepada warganya
menuju pusat kota Paris, memberikan ruang terbuka hijau yang lebih luas,
memberikan perumahan yang cukup dan layak bagi warganya serta membangun
pusat-pusat perekonomian baru di Paris dan sekitarnya. Secara garis
besar ada 3 tujuan utama yang ingin dicapai dari konsep Grand Paris,
yang pertama adalah menyediakan sekitar 70 ribu perumahan per tahun
untuk masyarakat kota Paris dan sekitarnya, angka ini adalah 2 kali dari
realisasi jumlah perumahan saat ini. Peningkatan target ini bisa
tercapai dengan menerapkan peraturan-peraturan tata ruang yang baru dan
memanfaatkan lahan yang tersedia secara optimal. Target yang kedua
adalah membangun belasan pusat-pusat perekonomian terbaru seperti
wilayah La Defense. Dan yang ketiga adalah menyediakan sarana
transportasi massal bagi warga dengan membangun jaringan angkutan metro
ataupun RER baru sepanjang 130 km dimana semua kegiatan operasional
sarana tersebut dilakukan secara otomatis tanpa masinis dan beroperasi
selama 24 jam penuh.
Dengan
konsep Grand Paris, dimana tata ruang kota yaitu pusat aktivitas
ekonomi, pusat perumahan beserta infrastruktur transportasi yang saling
terintegrasi, diharapkan aksesibilitas masyarakat kota Paris semakin
meningkat. Seperti pernyataan sang presiden : "il faut que les citoyens soient égaux en terme d'accès à Paris quel que soit l'endroit où ils habitent dans la métropole"
(Adalah suatu keharusan bagi setiap orang mendapatkan aksesibilitas
atau kemudahan yang sama menuju kota Paris dari tempat mereka tinggal).
Sangat terlihat komitmen sang kepala negara untuk memperbaiki kualitas
hidup masyarakat kota Paris dan aglomerasinya dengan revolusi
infrastruktur melalui konsep Grand Paris. Secara langsung hal ini
menunjukkan kesadaran sang kepala negara bahwa tanpa adanya
aksesibilitas yang baik bagi setiap penduduk maka akan sangat sulit
meningkatkan produktivitas kota Paris dan aglomerasinya.
Konsep
Grand Paris bukanlah konsep terakhir revolusi infrastruktur kota Paris
dan aglomerasinya. Konsep ini akan menjadi acuan bagi pemimpin-peminpin
Perancis dimasa yang akan datang untuk membangun kota Paris semakin
nyaman dan cantik sehingga tetap dapat berdiri sejajar dengan kota besar
lainnya didunia.
Bagaimana
dengan Jakarta? Jika tidak ada revolusi infrastruktur transportasi yang
fenomenal khususnya sistem angkutan umum massal dan penataan ruang yang
konsisten dapat dipastikan akan sangat sulit bagi setiap penduduk dari
segala golongon di Jakarta untuk mendapatkan kemudahan dalam melakukan
perjalanan.
Ditulis oleh Hananto Prakoso
Ph.D Candidate bidang transportasi di Université Paris 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar