Translate

Selasa, 22 Mei 2012

GRAND PARIS : Karya Besar Seorang Presiden Nicolas Sarkozy


Paris : kota mode, kota seni, kota tujuan wisata dan juga merupakan salah satu kota besar pusat perekonomian dunia yang mempunyai daya tarik tiada hentinya. Sebagai kota metropolitan yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa, Paris dan aglomerasinya biasa disebut dengan Ile-de-France menanggung beban perjalanan jutaan manusia setiap harinya.
Perjalanan penduduk kota Paris lebih banyak ditopang oleh sarana angkutan umum massal yang handal dengan kapasitas besar dan berkecepatan tinggi. Angkutan umum di Kota Paris di dominasi oleh metro dan RER. Metro adalah sejenis kereta bawah tanah yang menghubungkan setiap sisi kota Paris. Dengan jumlah line sebanyak 14 buah, metro merupakan sarana angkutan umum yang dapat memfasilitasi pergerakan orang dipusat kota Paris. Sarana angkutan umum massal yang lain adalah RER  dengan jumlah 4 buah (RER A,B,C dan D), hampir serupa dengan metro namun mempunyai fungsi memfasilitasi pergerakan penduduk antara daerah pinggiran dengan pusat kota Paris. Seperti halnya kota-kota besar lainnya, selain dilayani oleh metro dan RER, Paris juga menyediakan sarana angkutan umum tramway dan bus kota dengan pelayanan yang nyaman dan tepat waktu. Pelayanan setiap angkutan umum ini dimulai dari jam 5 pagi hingga sekitar jam 1 malam. Namun tidak perlu khawatir bagi pengguna angkutan umum dari jam 1 hingga jam 5 pagi, karena pada saat itu terdapat pelayanan bus noctilien yang hanya beroperasi pada malam hari. Sistem pentarifan semua moda angkutan umum di Paris adalah berdasarkan sistem zona. Paris dan aglomerasinya dibagi menjadi 6 zona dimana untuk perjalanan di zona 1 dan 2 mempunyai tarif dasar 1,60 euro atau sekitar Rp. 22.000. Jika keluar dari zona 1 dan 2 maka tarifnya naik sesuai dengan jumlah zona yang dilewati. Satu moda angkutan umum yang baru diluncurkan sekitar akhir tahun 2007 adalah velib, sejenis sepeda yang sejak kali pertama peluncurannya mencuri perhatian para penduduk kota Paris dan saat ini menjadi salah satu moda angkutan favorit untuk jarak dekat. Mengutip pernyataan dari Profesor Jean-Pierre Orfeuil dari universitas Paris 12, sarana angkutan umum di kota Paris menjadi idola selain dikarenakan nyaman dan tepat waktu, terdapat juga faktor lain yang tidak kalah pentingnya yaitu tarifnya yang sangat terjangkau oleh  semua lapisan masyarakat. Di kota Paris, pengeluaran per orang/bulan untuk biaya angkutan umum hanya sebesar 3-4% dari total pendapatan per bulan. Walaupun sudah termasuk sangat murah, pemerintah Perancis tetap juga memberikan subsidi kepada pelajar yang berusia dibawah 26 tahun dan golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan dibawah upah minimum rata-rata/ bulan dimana upah minimum rata-rata/ bulan sebesar 1200 euro atau sekitar Rp. 16.500.000,
Gambar : Salah satu tempat penyewaan velib di pusat Kota Paris
Penataan ruang
Dari sisi tata ruang, pemerintah kota Paris mempunyai komitmen untuk menjaga gedung dan bangunan berusia tua hingga saat ini. Jika kita berjalan-jalan di pusat kota Paris, hampir seluruh gedung yang kita temui adalah bangunan tua dengan renovasi yang secukupnya. Gedung-gedung baru sebagai central bussines district diarahkan ke sebelah barat kota Paris diwilayah yang dikenal dengan nama La Defense. Gedung – gedung pencakar langit dengan desain yang indah memberikan warna baru dalam perkembangan kota Paris. Di saat hari kerja La Defense sangat ramai dengan pekerja kantor namun di saat week end tempat ini seperti kota mati tanpa aktivitas, hanya terlihat turis atau penduduk lokal saja yang berkunjung untuk melihatnya.
Pembangunan pusat perkantoran, perdagangan dan industri di daerah La Defense dimulai sekitar tahun 1964 dengan desain gedung perkantoran generasi pertama yang identik satu sama lain. Gedung perkantoran generasi kedua di bangun sekitar tahun 1972 dengan desain arsitektur yang menampilkan identitas masing-masing pemilik sehingga membedakannya dengan gedung generasi pertama. Gedung generasi ketiga dibangun sekitar akhir tahun 70an dan sejak tahun inilah kantor-kantor kementerian pemerintah Perancis pindah ke wilayah La Defense. Pembangunan dan komersialisasi wilayah La Defense berada dibawah tanggung jawab perusahaan pemerintah EPAD (Etablissement Public pour l’Amenagement de la region de La Defense). Awal mula pembangunan wilayah La Defense adalah mempunyai fungsi sebagai wilayah perkantoran dan perdagangan, namun lambat laun EPAD sebagai pengelola La Defense juga melebarkan sayapnya dengan membangun perumahan dan menjualnya sehingga menjadikan La Defense sebagai wilayah terintegrasi antara pusat perkantoran dan perumahan. Kesuksesan La Defense juga ditunjang oleh aksesibilitas yang sangat baik oleh angkutan umum massal dan ketersediaan jalan tol. Hanya dengan menggunakan 1 tiket metro, La defense dapat diakses dari segala penjuru kota Paris. Saat ini di La Defense tersedia sekitar 2 juta m2 pusat perkantoran dan perdagangan. Perkembangan La Defense sudah teruji saat terjadi krisis ekonomi sekitar tahun 70an dan akhir tahun 90an, sekalipun disaat krisis banyak ditinggalkan oleh konsumennya tetapi dengan kerja keras dan inovasi dari Pemerintah Perancis khususnya EPAD, La Defense tetap menjadi salah satu pusat aktivitas ekonomi terbesar tidak saja di Eropa tetapi juga dunia.
Konsep Paris baru
Arus imigrasi yang tinggi ke Perancis terutama ke kota Paris yang berasal dari negara-negara bekas jajahan seperti Tunisia, Aljazair, Senegal dan negara dengan berbahasa Perancis lainnya menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk yang signifikan. Sebagai salah satu barometer perekonomian di Eropa, sangat wajar jika kota Paris menjadi incaran para imigran legal atau ilegal (di Perancis terkenal dengan istilah sans papier/tanpa kertas) untuk mengadu nasib agar dapat memperbaiki tingkat kehidupannya jika dibandingkan dengan bekerja di negara asal mereka. Para imigran ini berasal dari semua jenjang atau latar belakang pendidikan. Pelayanan publik khususnya transportasi akan mencapai titik jenuh jika permintaan yang meningkat (misalkan pertambahan penduduk) tidak diimbangi dengan penawaran transportasi (penyediaan infrastruktur dan sarana transportasi). Didasarkan oleh beberapa faktor tersebut, munculah ide dari sang presiden untuk mempersiapkan kota Paris baru yang egalité bagi semua penduduk dalam hal aksesibilitas transportasi dan kemudahan mendapatkan tempat tinggal, konsep ini dikenal dengan sebutan Grand Paris. Inilah warisan yang akan ditinggalkan oleh Nicolas Sarkozy kepada Perancis khususnya kota Paris, seperti halnya presiden-presiden sebelumnya yang selalu membangun museum atau perpustakaan agar nama mereka selalu dikenang oleh rakyatnya, misalnya Museum Louvre yang dibangun pada masa pemerintahan Francois Miterrand.
Semua fasilitas publik dan kenyamanan yang dirasakan oleh penduduk kota Paris tidak membuat seorang presiden Nicolas Sarkozy berhenti melakukan terobosan untuk membuat kota Paris semakin layak huni. Mempertimbangkan ketidakmampuan pemerintah daerah kota Paris dalam menghadapi perkembangan aglomerasi paris yang cepat, maka presiden Nicholas Sarkozy pada tahun 2007 mengeluarkan dokumen baru Schema Directeur de la Region Ile-de-France (Dokumen tata ruang setingkat wilayah propinsi yang di dalamnya terdapat kota Paris)  sebagai cikal bakal dari pengembangan Grand Paris. Meskipun mendapat banyak tentangan dari partai oposisi, Nicolas Sarkozy tetap melanjutkan ide Grand Paris untuk tetap menjadikan Paris sebagai salah satu kota terbaik di dunia.
Tindak lanjut dari ide ini adalah dengan mempekerjakan 10 konsultan arsitektur internasional yang bertugas untuk mengembangkan konsep Grand Paris melaui perbaikan dan pembangunan prasarana dan sarana transportasi, perumahan dan fasilitas publik lainnya. Kesepuluh konsultan internasional tersebut adalah Richard Rogers, Yves Lion, Djamel Klouche, Christian de Portzamparc, Antoine Grumbach, Jean Nouvel, Studio 08, Roland Castro, Geipel-Andi dan MVRDV. Para konsultan ini bekerja di bawah arahan dari 14 kementerian Perancis, perwakilan wilayah Ile-de-France (tingkat provinsi), perwakilan dari kota Paris dan juga perwakilan dari kota-kota yang termasuk dalam wilayah Ile-de-France. Hasil pekerjaan semua konsultan dipamerkan kepada masyarakat dari tanggal 30 April sampai dengan 22 Nopember 2009 di Cite de l’architecture et du patrimoine.
Untuk memperlancar segala urusan administrasi terkait dengan konsep Grand Paris, maka terdapat beberapa daerah yang digabungkan diantaranya seperti Paris, Hauts-de-Seine, Val-de-Marne dan Seine Saint Denis dengan batas waktu penggabungan pada tahun 2014. Selain penggabungan beberapa daerah administratif, konsep Grand Paris ini akan menemui hambatan bila tidak ada koordinasi dan kerjasama yang baik dibidang keamanan antar daerah. Oleh karena itu selain penggabungan wilayah administrasi, penyatuan beberapa kantor kepolisian dibawah satu komando prefet de police juga dilakukan oleh pemerintah Perancis.
Hampir setiap presiden di Perancis meninggalkan karya-karya fenomenal untuk negaranya sehingga selalu diingat oleh masyarakat Perancis setiap saat. Dari mulai George Pompidou yang membangun centre de Beaubourg, Francois Miterrand dengan museum du Louvre serta Jacques Chirac dengan warisannya berupa musee des arts premier. Nicolas Sarkozy ingin mensejajarkan dirinya dengan para pendahulunya dengan konsep Grand Paris, Paris baru yang memberikan aksesibilitas transportasi yang sama kepada warganya menuju pusat kota Paris, memberikan ruang terbuka hijau yang lebih luas, memberikan perumahan yang cukup dan layak bagi warganya serta membangun pusat-pusat perekonomian baru di Paris dan sekitarnya. Secara garis besar ada 3 tujuan utama yang ingin dicapai dari konsep Grand Paris, yang pertama adalah menyediakan sekitar 70 ribu perumahan per tahun untuk masyarakat kota Paris dan sekitarnya, angka ini adalah 2 kali dari realisasi jumlah perumahan saat ini. Peningkatan target ini bisa tercapai dengan menerapkan peraturan-peraturan tata ruang yang baru dan memanfaatkan lahan yang tersedia secara optimal. Target yang kedua adalah membangun belasan pusat-pusat perekonomian terbaru seperti wilayah La Defense. Dan yang ketiga adalah menyediakan sarana transportasi massal bagi warga dengan membangun jaringan angkutan metro ataupun RER baru sepanjang 130 km dimana semua kegiatan operasional sarana tersebut dilakukan secara otomatis tanpa masinis dan beroperasi selama 24 jam penuh.
Dengan konsep Grand Paris, dimana tata ruang kota yaitu pusat aktivitas ekonomi, pusat perumahan beserta infrastruktur transportasi yang saling terintegrasi, diharapkan aksesibilitas masyarakat kota Paris semakin meningkat. Seperti pernyataan sang presiden : "il faut que les citoyens soient égaux en terme d'accès à Paris quel que soit l'endroit où ils habitent dans la métropole" (Adalah suatu keharusan bagi setiap orang mendapatkan aksesibilitas atau kemudahan yang sama menuju kota Paris dari tempat mereka tinggal). Sangat terlihat komitmen sang kepala negara untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat kota Paris dan aglomerasinya dengan revolusi infrastruktur melalui konsep Grand Paris. Secara langsung hal ini menunjukkan kesadaran sang kepala negara bahwa tanpa adanya aksesibilitas yang baik bagi setiap penduduk maka akan sangat sulit meningkatkan produktivitas kota Paris dan aglomerasinya.
Konsep Grand Paris bukanlah konsep terakhir revolusi infrastruktur kota Paris dan aglomerasinya. Konsep ini akan menjadi acuan bagi pemimpin-peminpin Perancis dimasa yang akan datang untuk membangun kota Paris semakin nyaman dan cantik sehingga tetap dapat berdiri sejajar dengan kota besar lainnya didunia.
Bagaimana dengan Jakarta? Jika tidak ada revolusi infrastruktur transportasi yang fenomenal khususnya sistem angkutan umum massal dan penataan ruang yang konsisten dapat dipastikan akan sangat sulit bagi setiap penduduk dari segala golongon di Jakarta untuk mendapatkan kemudahan dalam melakukan perjalanan.
Ditulis oleh Hananto Prakoso
Ph.D Candidate bidang transportasi di Université Paris 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar